Sunday, December 12, 2010

Bangun Rumah Secara Sehat

Definisi tentang rumah sehat dimulai dari proses perancangannya, kemudian ke pengerjaan atau pembangunannya, sampai ketika dihuni dan dirawat secara berkala. Untuk Kriteria Rumah Sehat menurut Heinz Frick, arsitek dan pengajar pada Unika Soegijopranoto, Semarang, setidaknya ada 10 standar atau rumah yang dikatakan sehat. Di antara 10 patokan tersebut, yang terutama harus mendapatkan perhatian adalah


  1. Pemilihan tapak bangunan yang terbebas dari ganguan geo-biologis seperti aliran air bawah tanah, medan magnet dan medan listrik buatan, patahan geologi.
  2. Penggunaan ventilasi alam untuk menyejukkan ruangan dalam rumah.
  3. Pemberian lapisan kedap air (trasraam) untuk mencegah perembesan air tanah ke atas bangunan.
  4. Penggunaan energi yang secukupnya pada rumah dan pemilihan material yang tidak mencemari lingkungan.
  5. Pemilihan material dinding dan langit-langit yang mampu mengalirkan uap air.
Selain lima patokan tersebut, penggunaan material dan rancangan yang memperhatikan estetika serta keselarasan dengan lingkungan sekitar adalah pedoman tepat untuk menentukan sehat tidaknya sebuah bangunan rumah tinggal. Penggunaan material yang tidak tepat dan rancangan yang keliru akan membuat sang pemilik terpaksa menggonta-ganti material atau merombak rancangan, sehingga memicu stres tidak hanya bagi pemilik tetapi juga penghuni rumah yang lainnya.
Sementara pemilihan material dinding dan langit-langit yang mampu mengalirkan uap air sangat terkait dengan kondisi lingkungan tropis Indonesia, di mana tingkat kelembapannya sangat tinggi. Proses pengerjaan bangunan yang memerlukan penguapan kembali setelah bangunan selesai. Apabila air tidak dapat menguap, ruangan akan menjadi lembap dan penghuninya akan terpicu penyakit bronkitis. Ruang yang lembap juga tidak baik untuk penderita asma.
Rumah yang sehat juga memerlukan perawatan dengan sumber daya yang minimal dan cara perawatannya tidak mengakibatkan terjadinya perusakan lingkungan, misalnya penyedotan air tanah yang berlebihan, pencemaran tanah atau udara di sekeliling rumah, atau pencemaran suara saat dilakukan perawatan bangunan rumah.
Yang juga penting untuk diperhatikan adalah alokasi penggunaan energi untuk “menghidupkan” rumah, mulai dari lampu penerangan, peralatan elektronik dan hiburan dalam rumah, serta mesin-mesin mekanik tertentu. Seringkali arsitek, karena permintaan atau tuntutan dari sang pemilik rumah, tidak kuasa untuk melakukan penghematan energi listrik, mulai dari keperluan penerangan di dalam dan di luar rumah, penghawaan dan pengaturan udara di dalam ruangan. Pada akhirnya, solusi penghawaan cenderung menggunakan cara sederhana seperti pemasangan pendingin udara, dan bahkan kapasitas pendingin udara yang digunakan pun berlebihan dibandingkan dengan volume ruang yang hendak didinginkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, definisi tentang rumah sehat tidak dapat dilepaskan dari pengertian rumah ramah lingkungan, karena keidakramahan sebuah proses pembangunan rumah secara luas dan serentak akan mengakibatkan terciptanya lingkungan yang tidak sehat bagi pemiliknya. Maka, seperti yang ditegaskan oleh arsitek dan pengajar di jurusan arsitektur ITB M. Ridwan Kamil, arsitektur yang hijau, yang ramah lingkungan, yang green, bukanlah tren sesaat tetapi adalah kebutuhan atau keharusan. “Sama seperti hidup sehat bukanlah tren, arsitektur yang hijau dan ramah lingkungan juga tidak terkait dengan tren”, ujar Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil.
Untuk mendapatkan sebuah bangunan yang memenuhi kriteria sehat, kita harus memperhatikan aspek-aspeknya sejak rumah tersebut dirancang. Apa saja aspek-aspek dasar yang harus diperhatikan fondasi, lantai, dinding, atap, hingga instalasi utilitas dan pemipaan. Setiap bagian dari rumah tersebut, tentunya harus dipersiapkan secara matang  agar di kemudian hari tidak timbul masalah-masalah yang menghilangkan kenyamanaan.
 Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia memiliki dua musim yang memiliki jangka waktu yang sama panjang. Suhu udara dan juga kondisi cuaca yang terjadi pun variatif. Mulai dari adem-ayem, hingga ekstrim. Tapi, hal yang paling mempengaruhi rumah adalah perubahan yang terjadi dengan cepat, suatu ketika panas, lalu tiba-tiba langsung turun hujan, begitupun sebaliknya.


No comments:

Post a Comment